BWI Dorong Perguruan Tinggi Memulai Pengumpulan Dana Wakaf

BWI Dorong Perguruan Tinggi Memulai Pengumpulan Dana Wakaf

Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh menuturkan, perguruan tinggi harus menjadi tempat untuk menciptakan generasi yang membuat kebaikan dengan memulai pengumpulan dana wakaf. Baginya, sungguh luar biasa jika seluruh kampus bisa melakukan itu.

Kita ingin kampus sebagai penyemai generasi kreator kebaikan, sehingga menjadi perintis kebaikan dan engine untuk menyiapkan generasi kreator kebaikan,” katanya saat membuka agenda webinar Wakaf Goes To Campus Virtual dengan tajuk ‘Penguatan Literasi dan Jurnalistik Wakaf Produktif Menuju Masyarakat Sadar Wakaf untuk Indonesia Bermartabat’, Selasa (24/11).

Dalam kesempatan itu, Nuh mengajak agar pihak perguruan tinggi membuat kebijakan wakaf di kampusnya. Misalnya, dengan memberlakukan kewajiban wakaf bagi setiap karyawan dengan besaran Rp 1 juta per tahun. Hal ini pula yang telah dilakukan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan beberapa universitas yang lain.

Dengan cara itu, kata Nuh, total dana wakaf yang terkumpul dari ITS mencapai Rp 2,5 miliar. “Ini akan menjadi dana abadi yang hasil wakafnya nanti bisa dipakai untuk memberikan beasiswa, santunan, atau yang lain,” ucap dia.

Nuh menambahkan, hal itu juga pernah dilakukan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sewaktu dirinya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2009-2014. “Kami waktu di Kemendikbud, menyisihkan Rp 4-5 triliun setiap tahun, akhirnya 2014 terkumpul Rp 16 triliun dan itu menjadi dana abadi pendidikan, yang dikelola oleh LPDP,” ujarnya.

Menurut Nuh, lembaga pendidikan seperti universitas juga bisa melakukan cara yang sama. “Dengan itu mereka akan punya dana abadi yang sungguh luar biasa, dengan itu pula wakaf akan bisa memungkinkan apa yang tidak mungkin,” kata dia.

Nuh juga mengajak untuk membeli masa depan dengan harga sekarang yang murah melalui wakaf. Dia mengatakan, wakaf termasuk di dalam sedekah jariyah sebagai bentuk kebaikan yang tak mengenal waktu seperti halnya ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.

“Wakaf itu menyambungkan antargenerasi. Kita ingin nilai keislaman ini tersambung antargenerasi. Dan yang bisa menyambungkan adalah wakaf. Maka kita ingin wakaf menjadi gaya hidup,” tutur mantan menteri pendidikan itu.

Loading

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *