Gerakan Wakaf Hutan: Solusi Berkelanjutan untuk Wariskan Dunia Indah bagi Generasi Muda

2025 - bwi.go.id - Hutan Wakaf

BWI.GO.ID – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. KH Nasaruddin Umar, menegaskan pentingnya gerakan Wakaf Hutan sebagai langkah strategis untuk mewariskan dunia yang indah bagi generasi mendatang. Gerakan ini, yang diinisiasi oleh Moslem for Shared Actions on Climate Impact (MOSAIC), dipandang sebagai simbol harapan akan nilai-nilai luhur yang perlu dijaga demi keberlanjutan kehidupan.

“Tanpa pepohonan, tidak ada warisan berharga dari orang tua kepada anak-anaknya. Mewariskan hutan sama artinya dengan mewariskan nilai-nilai luhur. Tanpa hutan, tidak akan ada kehidupan, kesuburan, keluhuran, maupun keteguhan,” ujar Menag dalam sambutannya usai acara Malam Charity Dinner bertajuk ‘Ekoteologi dalam Aksi, Gerakan Green Waqf untuk Pelestarian Hutan Berkelanjutan’ di Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta, Selasa (23/4/2025).

Menurut Menag, pohon memiliki sifat multifungsi yang sangat bermanfaat bagi manusia. Saat masih kecil, pohon memberikan kesegaran dan kesuburan. Ketika tumbuh besar, ia menghasilkan buah, oksigen, serta naungan. Bahkan setelah mati, pohon tetap memberikan manfaat melalui kayu bakar atau fosil yang dapat menjadi batu bara. “Rasulullah SAW bersabda, tanamlah pohon meskipun hari kiamat sudah dekat. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menanam pohon demi masa depan,” pesannya.

Forum Hutan Wakaf Indonesia: Langkah Awal Menuju Pengelolaan Terpadu

Dalam kesempatan tersebut, Menag juga menyambut baik terbentuknya Forum Hutan Wakaf Indonesia, hasil dari forum group discussion (FGD) yang digelar Senin lalu. FGD ini melibatkan delapan lembaga, nazir, dan komunitas yang fokus pada pengembangan hutan wakaf. Menag menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang luas, membutuhkan lebih banyak hutan wakaf untuk mendukung pelestarian lingkungan.

“Gerakan Wakaf Hutan ini juga telah berkoordinasi dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI), sehingga implementasinya semakin terstruktur dan komprehensif,” tambahnya.

MOSAIC dan Kolaborasi Strategis untuk Ekoteologi

Ketua MOSAIC, Nur Hasan Murtiaji, menjelaskan bahwa kampanye Wakaf Hutan sejalan dengan program ekoteologi yang diinisiasi oleh Kementerian Agama. Ia mengapresiasi langkah Kemenag yang menanam satu juta pohon secara serentak dalam rangka memperingati Hari Bumi pada 22 April 2025.

Selain itu, MOSAIC juga telah melakukan roadshow Wakaf Hutan selama Ramadhan lalu ke empat kota wakaf, yakni Wajo, Gunungkidul, Tasikmalaya, dan Padang. Tiga dari empat kota tersebut telah berkomitmen untuk membangun hutan wakaf di daerahnya masing-masing. Dengan penambahan lokasi baru ini, total ada tujuh titik hutan wakaf yang tersebar di Indonesia, termasuk Aceh, Bogor, Gunung Sindur, dan Mojokerto.

“Konsep hutan wakaf tidak hanya berdampak pada pelestarian ekologi, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan pendidikan bagi masyarakat sekitar,” ujar Hasan, yang juga menjabat sebagai Direktur PT Republika Media Mandiri.

Peta Jalan Lima Tahun untuk Pengembangan Hutan Wakaf

Hasil dari FGD yang dilakukan MOSAIC juga menghasilkan peta jalan lima tahun ke depan untuk pengembangan hutan wakaf. Salah satu prioritas utama adalah penguatan kompetensi nazhir melalui prinsip Good Nazhir Governance . Hal ini bertujuan untuk memastikan pengelolaan hutan wakaf yang transparan, profesional, dan berkelanjutan.

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kemenag dan BWI, gerakan Wakaf Hutan diharapkan dapat menjadi solusi nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Mari bersama-sama menjaga alam agar generasi mendatang dapat menikmati dunia yang indah dan lestari,” tutup Hasan

Loading

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent posts