Masjid Jamie Darussalam: Menjadi Produktif Setelah Diruislag

 

Kamis (25/6/2015) sore itu, warga RT 02 RW 03 Kelurahan Kebon Melati, Kecataman Tanah Abang, Jakarta Pusat, tidak seperti biasanya, berkumpul di depan sebuah bangunan baru di Jalan Kotabumi Ujung, kira-kira 400 meter di sebelah barat UOB Plaza, Jakarta. Ada ibu-ibu, bapak-bapak, dan juga anak-anak. Dua perempuan muda duduk di belakang meja tamu di pintu masuk bangunan baru itu, meminta tamu-tamu yang datang menuliskan nama, alamat, dan tanda tangan.

 

 

 

Di depan bangunan baru di sisi selatan, berdiri panggung sederhana menghadap ke utara. Tampak anak-anak remaja mengenakan baju dan songkok berwarna putih mendendangkan salawat menyambut para tamu yang hadir. Sebuah spanduk berwarna dasar biru di belakang anak-anak itu menjelaskan acara yang ini.

 

Pada kamis sore itu dilangsungkan acara peresmian dan serah terima Masjid Jamie Darussalam dari PT Putragaya Wahana kepada pengurus Masjid Jamie Darussalam. Tampak hadir dalam acara tersebut Walikota Jakarta Pusat Mangara Pardede, Direktur Eksekutif Badan Wakaf Indonesia (BWI) Achmad Djunaidi, Pengurus BWI Khairul Huda, Presiden Komisaris PT Putragaya Wahana Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar, Kepala Polsek Tanah Abang, serta jajaran pengurus masjid dan masyarakat setempat.

 

 

Diruislag

Masjid Jamie Darussalam awalnya berada di atas tanah wakaf di Jalan Kotabumi, sekitar 50 meter di belakang UOB Plaza. Kemudian karena tanah tersebut sudah terkepung oleh tanah milik PT Putragaya Wahana dan masuk dalam peta proyek pembangunan perusahaan tersebut, tanah wakaf dan bangunan masjid itu dimohonkan izin kepada Menteri Agama untuk ditukar dengan tanah dan bangunan yang lebih luas di Jalan Kotabumi Ujung. Proses tukar-menukar harta wakaf kemudian dilalui dan pada akhir 2014 izin itu pun keluar.

 

PT Putragaya Wahana segera bertindak cepat mewujudkan tanah dan bangunan pengganti di Jalan Kotabumi Ujung. Dalam tempo kurang dari setahun, Masjid Jamie Darussalam yang baru akhirnya selesai dibangun dan siap digunakan.

 

Bangunan masjid yang lama hanya satu lantai dan luasnya sekitra 400 meter persegi di atas tanah wakaf seluas kurang lebih 500 meter persegi. Adapun bangunan yang baru selesai dibangun PT Putragaya Wahana berdiri dua lantai di atas lahan sekitar 800 meter persegi. Lantai atas merupakan bangunan khusus untuk shalat dan ibadah, sedangkan lantai satu menjadi ruang serba guna untuk disewakan, ruang dua lantai untuk tempat usaha, tempat wudhu pria dan wanita, serta ruang-ruang untuk kantor sekretariat, gudang, panel listrik, dan tempat imam.

 

Pembangunan ruang serba guna dan tempat usaha merupakan salah satu upaya untuk memproduktifkan tanah wakaf masjid Jamie Darussalam. Pemasukan dari penyewaan ruang serba guna dan keuntungan dari pengelolaan tempat usaha diharapkan mampu memberikan biaya operasional masjid secara berkala sehingga masjid tidak lagi bergantung pada sumbangan jamaah.

 

Serah Terima

Pada acara tersebut Wismoyo Arismunandar secara resmi menyerahkan sertifikat tanah wakaf seluas 800-an meter persegi, dana operasional masjid sebanyak Rp100 juta, serta bangunan masjid dua lantai beserta segenap perlengkapannya. Penyerahan itu diterima ketua pengurus masjid Haji Nurzen Astari.

 

“Saya bahagia karena masjid (meski pindah) tetap berada di (Kelurahan) Kebon Melati dan menjadi lebih kekar dan bagus,” kata Nurzen Astari dalam sambutannya.

 

Nurzen pun berharap agar segenap masyarakat mau memakmurkan masjid dan menggunakan masjid untuk syiar Islam semaksimal mungkinkarena masjid bukanlah milik pengurus, melainkan milik umat. Ia pun menyatakan akan mendidik generasi muda untuk menjadi pengurus masjid di masa mendatang.

 

Senada dengan Nurzen, Achmad Djunaidi juga bahagia melihat Masjid Jamie Darussalam menjadi lebih bagus dan indah, apalagi kini mempunyai sektor wakaf produktif. Menurutnya, BWI akan senantiasa mendorong agar perubahan-perubahan tanah wakaf mengarah menjadi lebih baik, lebih layak, dan lebih sesuai dengan perkembangan zaman, seperti Masjid Jamie Darussalam ini.

 

“BWI tidak ingin harta wakaf di Jakarta dipindah ke Gunung Sindur,” kata Djunaidi yang langsung disambut derai tawa para hadirin. Artinya, tanah wakaf boleh dipindah jika tidak terlalu jauh dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 

Djunaidi juga meminta agar walikota Jakarta Pusat bisa mempertahankan keberadaan masjid tetap di dalam kota. Karena itu, apabila nanti masjid-masjid yang ada di Jakarta Pusat juga ada yang diruislag, Walikota diminta agar masjid-masjid itu tetap berada di lokasi sekitarnya dan ruislagnya berpola wakaf produktif seperti Masjid Jamie Darussalam.

 

Mendapat permintaan seperti itu, Walikota menyatakan, “Saya jamin, selama saya menjadi walikota, tidak akan ada masjid yang dipindah ke Gunung Sindur.” Ucapan Walikota mendapat tepuk tangan para hadirin.

 

Arsitektur yang Unik

Ada yang unik dari arsitektur masjid Jamie Darussalam yang baru. Pertama, masjid ini diarsiteki oleh arsitek nasional bertaraf internasional, yaitu Walikota Bandung Ridwan Kamil. Demikian dikatakan Wismoyo Arismunandar dan Mangara Pardede. Kedua, bangunan atas masjid ini berbentuk segitiga, tidak sebagaimana lazimnya masjid-masjid pada umumnya. Ketiga, atap yang berbentuk segitiga itu dihiasi dengan lampu-lampu sehingga begitu indah di malam hari.

 

 

Namun, sayangnya, posisi masjid yang terjepit di antara permukiman warga menyulitkan fotografer mengambil gambar secara utuh.[]

 

Penulis/ Foto: Nurkaib

Loading

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *