Yogyakarta (10/4/08) | Untuk memanfaatkan lahan wakaf, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendirikan sebuah panti asuhan yang diberi nama “Bintan Saadilah Al-Rasyid”. Meski baru akan dibuka menjelang penerimaan siswa baru tahun ajaran 2008 ini, panti asuhan tersebut telah memiliki 3 anak asuh dan 2 ustaz. Kegiatan rutin di panti asuhan yang memiliki 17 kamar itu pun telah dimulai, di antaranya, pengajian Al-Quran dan tutorial. Namun, pihak PWNU masih akan mengupayakan menghimpun dana dari para dermawan untuk membiayai panti tersebut.
“Tahun ini, PWNU berencana menerima 10 anak. Ini tentu masih jauh dari target, karena masih keterbatasan dana yang dimiliki. PWNU akan terus mengupayakan menarik para dermawan untuk membiayai anak-anak asuh tersebut,” ujar Sekretaris PWNU DIY Zuhdli Mudlor di Yogyakarta, sebagaimana dilansir NU Online, (7/4).
Bangunan Panti Asuhan Bintan Saadilah Al-Rasyid tanahnya merupakan wakaf seorang dermawan dari Krapyak Wetan, Riowanto Soerip.
“Pak Rio (Riowanto Soerip) dan istrinya memiliki seorang putri anak tunggal, saat masih SMP kelas 2, meninggal. Semasa hidupnya, si anak pernah berujar kepada bapaknya kalau dirinya senang di rumahnya bisa dihuni anak-anak yatim-piatu atau dibuat panti asuhan. Setelah anak satu-satunya meninggal Pak Rio mewakafkan rumahnya tersebut pada NU,” terang Zuhdli.
Nama yang digunakan untuk panti asuhan itu pun diambil dari nama anak kesayangan Riowanto Soerip, “Bintan Saadillah Al-Rasyid”. Nama itu diambil untuk mengenang almarhum yang semasa masih kecilnya telah memiliki cita-cita mulia.
Panti asuhan itu nantinya akan dijadikan tempat penempaan generasi muda NU yang andal. Untuk mewujudkannya, PWNU akan meminta para intelektual NU untuk ikut terlibat dalam pengelolaan.
“Panti ini akan mencetak generasi andal, PWNU akan sungguh-sungguh mengupayakan hal ini. Kami akan menyeleksi kualifikasi anak asuh yang masuk, dan mereka harus mendapat rekomendasi dari PCNU di masing-masing kabupaten,” tandas Zuhdli. (rif/nu/aum)