Generasi muda akan menjadi ujung tombak kemajuan perwakafan di Indonesia. Hal ini diungkap Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) saat mengisi kuliah umum di Institute Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Kamis, (19/09/2019).
Prof. Dr. Nuh memberikan gambaran betapa generasi muda dapat memiliki peran penting dalam sebuah perubahan di setiap zaman. Anak-anak muda harus menjadi generasi terbaik untuk memberikan manfaat pada sesama. Ketua BWI ini mencontohkan betapa tokoh-tokoh sentral di sekeliling Rasulullah adalah anak-anak muda. Sebut saja Ali bin Abi Thalib sudah memiliki peranan penting dalam penyelamatan Rasulullah di usia 8 tahun. Umar saat itu masih di usia 26 tahun, dan sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq baru menginjak usia 37 tahun. Fondasi Islam dibangun oleh anak-anak muda yang terus ingin melakukan perubahan.
Dalam kontek saat ini, Prof. Dr. Nuh menjelaskan demografi Indonesia didominasi oleh generasi muda. Generasi milenial yang lahir dari tahun 1981-96 berjumlah 42,4 %, dan generasi post-milenial yang lahir dari tahun 1997-2012 mencapai 42%.
Dua generasi ini ke depan akan mengisi lini-lini kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu penting menurut Prof. Dr. Nuh, memberikan generasi ini setidaknya bekal pemahaman tentang perwakafan dan urgensinya untuk perekonomian Indonesia. Terutama generasi post millenial yang memiliki daya imajinasi dan mudah beradaptasi terhadap perubahan zaman yang baik untuk merancang keberlangsungan masa depan
Selain itu Prof. Dr. Nuh memaparkan perbedaan wakaf dengan infak maupun zakat. “Wakaf itu barangnya abadi, tetap ada sedangkan infak maupun zakat barangnya dapat habis,“ pungkas Menteri Pendidikan periode 2009-2014 tersebut.
Maka aset wakaf merupakan potensi yang besar untuk menggerakkan ekonomi secara berkelanjutan karena karakter asetnya produktif.
Hal menarik, Prof. Dr. Nuh juga mengungkap bahwa masyarakat Indonesia itu merupakan bangsa yang paling dermawan di seluruh dunia, termasuk para millenialis dan post milenialis Indonesia. Prof. Dr. Nuh berharap generasi muda ITS menjadi generasi post-millenial yang dermawan, dan terus menjadi generasi yang bermanfaat khususnya dengan terus menggerakkan wakaf di kampus.
Di ujung kuliah umum, Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA meminta mahasiswa ITS yang memiliki aplikasi mobile banking untuk mendemontrasikan cara mudah wakaf uang
“Kini di genggaman tangan panjenengan (kalian) semua, bisa mudah wakaf uang” terang Prof. Nuh, yang sesaat sebelumnya menyerahkan sertifikat nazhir wakaf uang kepada pengurus Yayasan Manarul Ilmi ITS, di Auditorium, Pascasarjana.
Demo wakaf tersebut menjadi aktualisasi nilai dermawan millenial melalui wakaf uang.
Reporter: Amri Rabbani
Editor: Khayun Ahmad Noer