Lebaran Bersama Wakaf Peduli Indonesia

Penulis: Hendri Tanjung, Ph.D (Anggota Badan Wakaf Indonesia)

“Kalisa adalah sebuah program wakaf uang yang ditempatkan pada instrumen keuangan yang dijamin oleh Negara dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan bagi hasil yang maksimal sehingga distribusi kepada masyarakat yang membutuhkan.”

Lebaran di hari ke-3, 26 Mei 2020, total kasus covid-19 di Indonesia mencapai 22.750 orang dengan angka sembuh 5.642 orang dan meninggal dunia 1.391 orang (www.covid19.go.id). Pertambahan kasus baru perhari di angka lima ratusan, bahkan pernah mencapai angka 973 kasus baru perhari, yaitu 21 Mei 2020. Saat ini, grafik kasus baru Covid-19 terus naik, dengan volatilitas sangat tinggi. Melihat masih tingginya jumlah kasus baru, maka TETAP DI RUMAH merupakan suatu keniscayaan.

Mari Donasi Wakaf Peduli Indonesia Disini

Sebagai respons terhadap korban Covid 19, baik secara kesehatan maupun secara ekonomi, Badan Wakaf Indonesia (BWI) meluncurkan program wakaf uang yang bernama KALISA; singkatan dari ‘waKAf peduLI IndoneSiA’. KALISA adalah sebuah program wakaf uang yang ditempatkan pada instrumen keuangan yang dijamin oleh negara dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan bagi hasil yang maksimal sehingga distribusi kepada masyarakat yang membutuhkan menjadi maksimal.

kalisa
                                                                   Kolase Program Kalisa

 

Program yang digulirkan oleh BWI ini merupakan bentuk tanggap terhadap situasi penyebaran covid 19. KALISA bertujuan untuk menggalang dana wakaf dari masyarakat, korporasi, maupun institusi lainnya untuk ditempatkan pada instrumen SBSN dan atau Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) dengan pemanfaatan kupon dan bagi hasil deposito untuk membiayai kebutuhan penanganan di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial ekonomi.

Baca Juga : Donasi Wakaf Peduli Indonesia Disini 

Program Kalisa ini ada 2:

  1. Wakaf uang sementara. Untuk wakaf uang sementara, dimulai dengan nilai nominal satu juta rupiah dengan tenor minimal 1 tahun. Setelah setahun, maka uang satu juta kembali dalam keadaan utuh.
  2. Wakaf uang selamanya, nominalnya minimal Rp 50.000.

Program KALISA antara lain:

  1. “Lanjutkan Hidup Mereka”, dimana hasil investasi wakaf uang Kalisa akan digunakan untuk Dana Bantuan Tunai orang tua mahasiswa prasejahtera yang terkena dampak sosial ekonomi Pandemi covid-19;
  2. “Darurat Ventilator untuk RS Daerah”, dimana hasil investasi wakaf uang KALISA akan digunakan untuk pengadaan ventilator di rumah sakit daerah yang terkena dampak covid-19; (c) “Peduli Ulama”, dimana hasil investasi wakaf uang akan digunakan untuk dana bantuan tunai para ulama yang terkena dampak sosial ekonomi pandemik covid-19.

AQ dan Pandemi

AQ (Adversity Quotient) adalah kecerdasan baru yang dikenalkan oleh Dr. Stoltz untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengatasi Kesulitan. Memanfaatkan 3 cabang ilmu pengetahuan: Psikologi koqnitif, psikoneuroimunologi, dan neurofisiologi, AQ memasukkan dua komponen penting dari setiap konsep praktis, yaitu teori ilmiah dan penerapannya di dunia nyata.

AQ akan memberitahu kita, seberapa jauh kita mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan kita untuk mengatasinya. Lebih jauh, Dr. Stoltz dalam bukunya berjudul “Adversity Quotient: turning obstacles into opportunities”, yang diterbitkan oleh John Willey & Sons 1997, menjelaskan bahwa AQ memiliki 3 bentuk: (1) AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. (2) AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons Anda terhadap kesulitan.

(3) AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons Anda terhadap kesulitan.

Apa yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan dalam hidup? Mengapa beberapa pengusaha bisa sukses meskipun banyak hambatan yang meng-hadang di jalan karir mereka? Mengapa beberapa orang dengan modal dan peluang yang sama berhasil mengatasi kesulitan dan terus meraih prestasi yang setinggi tingginya, sementara yang lainnya menyerah begitu saja? Apa yang menyebabkan perbedaan ini?

Dr. Stoltz mengatakan, semua ini disebabkan oleh kecerdasan AQ yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, Kecerdasan AQ ini lebih signifikan daripada kecerdasan IQ (Intellectual Quotient).

Pandemik covid-19 adalah saat dimana kecerdasan AQ setiap orang diuji. Ketika pandemik ini menimbulkan kesulitan di semua bidang kehidupan, maka siapa yang memiliki kemampuan untuk menghadapi kesulitan (kecerdasan AQ yang tinggi), dialah yang akan sukses melalui masa pandemic ini. Dia akan membuat kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan itu menjadi peluang. Sesungguhnya, dari 14 abad yang lalu, Islam telah mengajarkan kecerdasan AQ ini melalui firman-Nya dalam Al- Qur’an surat Al-Insyiroh ayat 5-6 yang artinya: “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.

Orang yang memiliki AQ tinggi adalah orang yang optimis menghadapi masa depan. Dia tidak berputus asa dengan keadaan. Diapun tidak berputus asa dari rahmat Allah. Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 87 yang artinya: “… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah; sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir”.

Sudah 3 bulan ini kita lalui hidup dengan kesulitan-kesulitan. Semoga dengan pengalaman kita 3 bulan ini, disertai dengan tempaan Ramadhan, menjadikan AQ kita meningkat, kita semakin cerdas mengatasi kesulitan. Bukan hanya kesulitan sendiri, tapi juga kesulitan orang lain. Kesulitan korban covid baik secara kesehatan, ekonomi maupun sosial.

 Lebaran

Lebaran tahun lalu, penulis tidak menyangka akan merayakan lebaran tahun 1441 H seperti ini. Tidak ada silaturahmi fisik, tidak bisa bertemu keluarga secara fisik, tidak kemana-mana merayakan lebaran, tidak ada halal bihalal secara fisik, sehari-hari di rumah saja. Semuanya digantikan dengan online: silaturahmi online, halal bihalal online.

Lebaran kali ini tidak ada beli baju baru dan sepatu baru. Anak-anakpun tidak bersemangat untuk berpakaian baru, karena di rumah saja. Anggaran beli pakaian barupun masih utuh.

Lebaran pertama, penulis lalui dengan mengimami sholat idul fitri berjamaah di rumah dengan istri dan anak-anak (pandawa lima). Kemudian dilanjutkan dengan memberi khutbah idul fitri melalui online kepada keluarga besar yang berada di Bogor, Jakarta, Bandung, Semarang, Cilacap, dan Medan. Dalam do’a, masih keluar air mata, walaupun dilaksanakan dengan online. Artinya, tidak mengurangi khitmad khutbah idul fitri yang disampaikan. Setelah itu, seharian dihabiskan dengan video call semua saudara untuk bermaaf-maafan.

Lebaran kedua dan ketiga, penulis habiskan di rumah. Biasanya lebaran ke-2 ini, keluarga besar akan jalan jalan, seringnya nginap di villa, pengajian bersama. Lebaran ke-3 nya pulang ke rumah. Intinya, lebaran tahun ini begitu ‘sederhana’. Anggaran buat jalan-jalanpun masih utuh.

Di bulan syawal ini, penulis mengajak pembaca untuk menjalani lebaran bersama KALISA. Mari berwakaf uang untuk meringankan beban korban-korban covid-19.

Bagi yang ingin ikut berpartisipasi Wakaf Peduli Indonesia bisa kunjungi website nya disini KALISA

Loading

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent posts