Jakarta – Ketua Badan Pengurus Gerakan Orang Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (Gozis) DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari mengatakan, Gozis dibentuk sebagai wujud konkret gerakan sosial-kemasyarakatan untuk menyejahterakan rakyat. “Gozis merupakan lembaga fi-lantropi yang dimiliki Partai Golkar untuk menjadi ujung tombak pelaksanaan program-program kerja partai di bidang sosial,” kata Hajriyanto Y Thohari.

Hajriyanto, yang juga Wakil Ketua MPR, didampingi Wakil Sekretaris Badan Pengurus Gozis Gunawan Hidayat, mengatakan bahwa Gozis sebagai bentuk kepedulian Partai Golkar dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Gozis, menurut dia, merupakan gerakan nyata dalam menghimpun dan menyalurkan baik zakat, infak, maupun sedekah yang dikelola secara profesional, transparan, akuntabel, dan berdasarkan prinsip-prinsip agama.

Hajriyanto yang juga Ketua DPP Partai Golkar Bidang Keagamaan mengungkapkan, penghimpunan zakat, infak, sedekah (ZIS) dan wakaf dilakukan secara internal, namun untuk penyaluran atau pendayaguna-annya dilakukan secara umum.

“Penghimpunan ZIS dan wakaf hanya dari kalangan keluarga besar Partai Golkar, tapi pe- nyalurannya ke masyarakat luas,” kata Hajriyanto di Jakarta, (13/10).

Ia menambahkan, Gozis DPP Partai Golkar pertama kali diluncurkan hi lian Ramadhan, 20 Agustus 2010. Gozis saat ini masih terus melakukan pembenahan-pembenahan, termasuk soal infrastruktur dan tata laksana organisasi.

“Dalam waktu dekat, insya Allah, Gozis DPP Partai Golkar sudah bisa memulai kegiatan-kegiatan secara nyata di masyarakat,” ujarnya.

Ia mengatakan, pengelolaan dan pendayagunaan ZIS dan wakaf akan dilakukan secara transparan dan akuntabel. Apalagi dua faktor itu sangat dibutuhkan dalam pengelolaan ZIS dan wakaf.

Dalam kaitan itu, menurut dia, Gozis DPP Partai Golkar berpandangan perlunya menggandeng media massa untuk berperan serta bersama dalam upaya memujudkan prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam mengelola dana ZIS dan wakaf.

“Silaturahmi Gozis DPP Partai Golkar ke redaksi Suara Karya merupakan bentuk kerja sama media massa dengan lembaga Gozis DPP Partai Golkar. Ini untuk mewujudkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam mengelola dana ZIS dan wakaf,” ujarnya.

Sebab, menurut dia, media massa juga ikut berperan dalam menciptakan prinsip-prinsip itu. “Artinya, setiap dana yang masuk ke Gozis, satu sen pun harus akuntabel dan transparan, baik penghimpunan maupun pendaya-gunaannya,” kata Hajriyanto.

Sementara itu, Ricky Rachmadi yang juga Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Bidang Kesehatan dan Lingkungan mengatakan, pengelolaan zakat bisa disinergikan dengan program-program kerakyatan. Dia mencontohkan bantuan kesehatan untuk rumah sakit dan perbaikan kualitas lingkungan masyarakat miskin dan sebagainya.

Salah satu pengurus Gozis, Dwie Aroem Hadiatie, menjelaskan, potensi zakat di Indonesia sangat besar. Menurut dia, berdasarkan kajian Islamic Develop-ment Bank (IDB), potensi zakat di negeri ini mencapai Rp 100 triliun. Meski demikian, menurut Ketua Bidang Politik DPP AMPI ini, zakat yang terkumpul oleh lembaga amil masih sangat kecil.

Walau begitu, ia menyebutkan, pada 2007 dana zakat yang berhasil dihimpun Badan Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nasional (Baznas), mencapai Rp 450 miliar, pada 2008 Rp 920 miliar, dan pada 2009 tumbuh menjadi Rp 1,2 triliun. “Untuk tahun 2010, dengan berbagai program sosialisasi, Baznas bisa terkumpul mencapai Rp 1,5 triliun.

Nah, demikian pula di internal Partai Golkar, potensi ZIS dan wakaf sangat besar. Ini mengingat jumlah pengurus dan anggota legislatifnya yang besar pula,” katanya.

Menurut dia, banyak program Gozis yang sangat membantu implementasi catur sukses Partai Golkar yang digagas Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie.

“Salah satunya menyejahterakan rakyat di berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, dan ekonomi,” ujarnya. (suara karya)

Loading

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *