Bank Syariah Genjot Pembiayaan Produktif

Jakarta – Tahun kemarin, sektor pembiayaan bank syariah tumbuh sekitar 44 persen menjadi Rp 68,18 triliun dari Rp 46,88 triliun di 2009. Tahun ini, Bank Indonesia berharap sektor ini meningkat lagi sekitar 40 persen. Untuk menggenjot sektor ini, BI melalui IB berencana masuk ke expo yang lebih mengarah pada pembiayaan produktif, seperti pertanian. Direktur Perbankan Syariah BI, Mulya E Siregar, juga menegaskan perlunya melakukan pembiayaan dalam pengembangan aset wakaf secara produktif. 

“Saatnya bank syariah mulai berfikir untuk merambah pembiayaan produktif di semua sektor,” kata Direktur Perbankan Syariah BI, Mulya E Siregar. Khusus untuk pembiayaan pengembangan wakaf, tambahnya, bank syariah punya dua sisi keuntungan, bisnis dan ibadah. Pembiayaan ini dapat dilakukan dengan cara kemitraan bank syarih dengan nazhir-nazhir wakaf yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Tahun 2011 ini Bank Syariah harus menunjukkan taringnya dalam menggerakkan sektor-sektor produktif yang akan berdampak pada pengembangan sektor riil. Langkah ini harus ditempuh sebab selama ini, pembiayaan bank syariah masih mengarah pada hal konsumtif. ”Karena proyek investasi belum banyak yang berjalan. Semua orang masih wait and see,” kata Mulya yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Badan Wakaf Indonesia ini.

Laba perbankan syariah naik 32,91 persen dibanding periode tahun lalu menjadi Rp 1,05 triliun. Angka ini didapat dari pendapatan dan beban dikurangi taksiran pajak.

Dari sisi total pendapatan bank umum syariah dan unit usaha syariah mengalami kenaikan pendapatan hingga 23,88 persen menjadi Rp 11,11 triliun. Sedangkan, dari sisi beban perbankan syariah,pengeluaran bank syariah mencapai Rp 9,81 triliun atau terdapat kenaikan sebesar 20,5 persen dibanding tahun lalu, yang mencapai Rp 8,14 triliun.

Mulya mengaku peningkatan laba tak lepas dari pertumbuhan pembiayaan. Pertumbuhan ini terjadi karena dana yang dihimpun bank yang ada juga meningkat dengan ketat, sehingga mampu membiayai kredit-kredit.

”Ini yang membuat terjadi peningkatan keuntungan bagi mereka. Dengan peningkatan pembiayaan, angka Non Performing Financing (kredit macet) terjaga, sehingga wajar,” katanya. [aum/sw/spt/repb]

Loading

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *