Saat peluncuran Pusat Antar Universitas bidang wakaf Prof Bunyamin Maftuh selaku Wakil Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberikan sambutan.
Prof Bunyamin Maftuh menyatakan perguruan tinggi memiliki potensi yang sangat besar menggerakan perwakafan. Di kampus, terdapat banyak intelektual yang bisa didorong untuk memajukan perwakafan Indonesia.
“Apalagi dengan jumlah dosennya yang banyak dan tenaga pendidikan yang juga banyak,” kata dia dalam agenda peluncuran Pusat Antar Universitas (PAU) Wakaf yang digelar secara daring pada Kamis (18/3).
Di UPI sendiri telah berdiri badan wakaf yang berada di bawah naungan Islamic Tutorial Centre (ITC). Bagi ITC-UPI, keberadaan ribuan dosen dan tenaga pendidikan menjadi potensi tersendiri untuk menggerakkan wakaf. Saat ini jumlah dosen di UPI baik PNS dan non-PNS sekitar 1.500, sedangkan tenaga pendidikan berjumlah sekitar 1.000.
“Wakaf itu sangat penting untuk memajukan kesejahteraan ekonomi umat kita dan untuk umat Islam, semuanya, termasuk apa yang ada di lingkungan perguruan tinggi khususnya mahasiswa,” jelas Bunyamin.
Meski begitu, dia menambahkan, tantangannya adalah bagaimana memahamkan dan menyadarkan para dosen dan tenaga pendidikan tentang pentingnya wakaf. Untuk itu, harus dimulai dari manajemen yang bisa diisi oleh orang-orang profesional. “Manajemen UPI juga harus profesional untuk menyadarkan para dosen,” kata dia.
Dari perguruan tinggi, Bunyamin menuturkan, diharapkan tercipta wakaf-wakaf produktif yang tidak seperti pada umumnya. “Maka kami juga menyambut baik prakarsa BWI (Badan Wakaf Indonesia) yang meluncurkan PAU Wakaf,” tuturnya.
Bunyamin mengucapkan terima kasih kepada pimpinan BWI karena menjadikan UPI sebagai tempat peluncuran PAU Wakaf dan penyelenggaraan webinar wakaf. Dia mengatakan, ini tentu menjadi kehormatan bagi UPI dan dengan demikian dia berharap UPI mendapat keberkahan yang berlimpah.
Dalam acara yang sama, Ketua BWI Mohammad Nuh menyampaikan universitas adalah tempat yang khusus. Tidak ada organisasi terbaik kecuali universitas karena memiliki orang-orang berpendidikan paling banyak. Mulai dari S1, S2, S3, hingga profesor.
“Maka kita yakin dengan kompetensi dan kemampuan universitas. Karena kalau bukan kita, kalau bukan orang-orang yang memiliki kompetensi dan dedikasi terbaik, siapa lagi yang akan membereskan urusan perwakafan,” jelas dia.