Kunjungan Ilmiah Dosen dan Mahasiswa UIN di BWI

Jakarta - Kajian mengenai perwakafan kini kembali marak di beberapa kampus. Di kampus-kampus umum, kajian ini masuk dalam bidang pengembangan ekonomi

Wakaf Sebagai Sumber Pendistribusian Asset Untuk Kepentingan Publik
Nazhir Wakaf Harus Terapkan Fundraising
IPB: Negara Harusnya Bisa Wakaf Hutan

Jakarta – Kajian mengenai perwakafan kini kembali marak di beberapa kampus. Di kampus-kampus umum, kajian ini masuk dalam bidang pengembangan ekonomi syariah. Sementara di kampus berbasis agama, seperti PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam) dan IAIN/UIN, wakaf merupakan program studi, bahkan jurusan.

Di UIN, perwakafan dipelajari di semua jenjang, mulai dari strata sarjana, magister, hingga doktor. Untuk itu, dalam rangka studi lapangan dan juga meng-update informasi tentang perwakafan, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para mahasiswa melakukan kunjungan ilmiah ke Badan Wakaf Indonesia.

Rombongan dari UIN ini dipimpin oleh Asep Saepuddin Jahar, dosen pembimbing mata kuliah perwakafan. Pada kesempatan tersebut, Asep mengemukakan, kunjungan semacam ini sangat penting untuk menjembatanai kalangan akademik di kampus dan praktisi yang bergelut di lapangan.  

Ketika berdialog dengan pengurus BWI, Asep mengajukan pertanyaan, apakah BWI sudah memetakan kekuatan wakaf di Indonesia dan mensinergikan dengan para nazhir?

Ketua divisi Litbang BWI, Uswatun Hasanah menanggapi bahwa saat ini BWI sudah memetakan sebagian, belum seluruhnya. “Untuk mendapatkan peta perwakafan secara nasional butuh dana besar, BWI tidak punya pendanaan yang besar,” terang Uswatun. 

Sementara itu, Wakil Ketua BWI Mustafa E. Nasution menanggapi soal sinergi BWI dengan nazhir. Ia menjelaskan bahwa BWI berperan ganda, selain sebagai regulator, BWI juga berperan sebagai operator alias nazhir. Dengan begitu, BWI bukan berarti “saingan” dengan nazhir, tapi memposisikan diri sebagai pembina nazhir. Karena itu, “Keberhasilan para nazhir di daerah adalah bagian dari keberhasilan BWI dan perwakafan secara nasional,” kata Mustafa.

Karena itu, semakin banyak nazhir yang dibina oleh BWI, maka manfaat wakaf kian dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas, baik untuk kesejahteraan, ketahanan ekonomi, dan juga untuk keperluan ibadah. “Jadi, gerak BWI kalau sendirian itu terbatas, makanya kita bersinergi dengan para nazhir di seluruh tanah air,” terang Wakil Sekretaris BWI M. Cholil Nafis, yang juga hadir pada saat dialog berlangsung di ruang Rapat Pleno BWI, (18/4).

Pengurus BWI yang juga hadir pada pertemuan ini adalah anggota divisi litbang Amelia Fauzia, dan anggota divisi kelembagaan BWI Sholeh Amin. Dengan adanya pertemuan semacam ini diharapkan adanya kerjasama yang lebih produktif antara pihak kampus dengan nazhir. (au/nn)

 

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: