Jeddah – Islamic Development Bank (IDB) berencana mendirikan bank investasi syariah dengan modal dasar 1 miliar dolar AS. Pada tahap awal, modal yang telah terkumpul sebanyak 250 juta dolar AS. ”Bank baru ini juga bertujuan memfasilitasi pasar antar perbankan syariah yang sejalan dengan prinsip Islam,” kata Presiden IDB, Ahmad Mohamed Ali, sebagaimana dikutip Arab News. Ali menambahkan, bank syariah ini akan fokus membiayai proyek-proyek besar yang sesuai dengan prinsip Islam dan menawarkan solusi bagi manajemen likuiditas. Pendirian bank syariah ini dilihat sebagai mekanisme untuk meningkatkan peran industri keuangan syariah dalam pengembangan sosial dan ekonomi.
Bank tersebut juga akan memfasilitasi pertumbuhan dan memperluas layanan keuangan syariahnya melalui pelatihan sumber daya insani (SDI) yang diperlukan demi pengembangan perbankan syariah.
Sementara itu Ali juga mengungkapkan tentang kesuksesan penerbitan sukuk IDB beberapa waktu lalu. IDB berhasil menyerap dana dari sukuk tersebut sebanyak 850 juta dolar AS.”Permintaan sukuk melebihi 2 miliar dolar AS saat kami hanya menargetkan 500 juta dolar AS,” kata Ali.
Ekonom syariah, Umer Chapra menyambut baik inisiatif IDB untuk membentuk mega-investment bank . Ia menambahkan, setelah runtuhnya sejumlah lembaga keuangan dan bank negara Barat akibat dari krisis ekonomi global, kini industri keuangan syariah kian diterima dengan tangan terbuka di seluruh dunia.
”Sebagian besar bank syariah sangat kecil dan tak mampu membiayai proyek-proyek besar karenanya kita sangat memerlukan bank syariah berkapasitas besar untuk memenuhi kebutuhan pasar,” kata Chapra. Populasi umat Islam yang saat ini telah melebihi 1,5 miliar jiwa akan meningkatkan permintaan akan keuangan syariah. Pada 2010 mendatang diperkirakan aset perbankan syariah global akan mencapai 1,4 triliun dolar AS.
”Sistem keuangan Islam telah menerima pengakuan dunia internasional di mana banyak bank dan lembaga keuangan syariah lainnya juga beroperasi di negara-negara nonmuslim seperti Amerika, Inggris, Prancis, Italia, Australia dan Singapura,” tandas Chapra.
Untuk lokasi kantor pusat bank syariah tersebut, Malaysia dan Bahrain dilaporkan telah menawarkan diri karena telah siap dalam menyediakan fasilitasnya. Dalam proses pendirian bank ini, IDB berencana merangkul Al Baraka Banking Group (ABG).
Bidik Proyek Besar dan Pasar Uang
Rencana pendirian mega-investment bank oleh Islamic Development Bank (IDB) disambut baik oleh Bank Muamalat. Bank syariah pertama di tanah air ini menjadi satu-satunya bank asal Indonesia yang diundang ke pertemuan IDB di Jeddah, beberapa waktu lalu. Pertemuan tersebut dihadiri sekitar 30 investor utama dan perwakilan sejumlah lembaga keuangan syariah internasional dari seluruh dunia, seperti Gulf Finance House, Dubai Islamic Bank, National Commercial Bank.
Direktur Treasury dan International Banking Bank Muamalat, Farouk A Alwyni, mengatakan bahwa pendirian bank syariah tersebut memiliki dua fungsi yakni untuk membiayai proyek besar dan menyediakan instrumen pasar uang (tradable money market instrument ). Adanya instrumen pasar uang tersebut, jelasnya, dapat berguna bagi lembaga keuangan yang mengalami ektra likuiditas untuk menempatkan dananya di sana.
Farouk menambahkan saat ini di Indonesia tradable money market instrument belum tersedia. Sementara di negara lain ada tapi terbatas dan berbentuk komoditas murabahah. ”Dengan hadirnya bank syariah baru ini bank syariah lokal dapat pula menjalin kemitraan untuk menjembatani transaksi internasional. Selain itu tradable money market instrument ini juga akan membantu lembaga keuangan yang mengalami ekstra likuiditas untuk menempatkan dana dalam bentuk dolar atau mata uang lainnya,” kata Farouk kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Untuk lokasi kantor pusat bank syariah tersebut, ungkap Farouk, Malaysia dan Bahrain telah menawarkan diri karena telah siap dalam menyediakan fasilitasnya. Dalam pembentukan bank syariah tersebut, tambahnya, IDB merencanakannya bersama dengan Al Baraka Banking Group (ABG).
Namun untuk ikut berinvestasi di bank IDB tersebut, Bank Muamalat akan menunggu melakukan rights issue yaitu dipekirakan akhir 2009. Menurut Farouk, untuk ikut berinvestasi di bank syariah tersebut dan tercatat sebagai saham pendiri, investor harus menyertakan modal minimal dua persen atau maksimal 10 persen dari total modal sebesar 1 miliar dolar AS.
”Saat ini kita akan menunggu melakukan rights issue Bank Muamalat dulu, tapi kita akan terus memantau aktif perkembangan rencana pendirian bank syariah baru IDB tersebut,” tutur Farouk. Farouk memperkirakan, pembentukan bank syariah terbesar tersebut setidaknya membutuhkan waktu satu tahun dari sekarang. Diperkirakan bank syariah baru itu akan mulai beroperasi di 2010. Dengan dukungan IDB dan ABG yang memiliki basis perbankan berskala internasional yang kuat, ia yakin banyak investor yang akan berminat ikut serta dalam pembentukan bank syariah itu. (gie/rpblk)