Pakar ekonomi dari Hidayatullah, Asih Subagyo menjelaskan bahwa, Negara-negara maju telah manfaatkan potensi wakaf sebagai roda pembangunan ekonomi bangsa.
“Terlihat menonjol itu misalnya di Singapura, Malaysia, Turki, Arab Saudi, dan Kuwait,” ucap Ketua Bidang Perekonomian Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Asih Subagyo dilansir dari laman hidayatullah.com, Selasa (25/02/2020).
Menurut Asih, gerakan wakaf ini tak melulu harus dengan biaya mahal atau nominasi tinggi. Sebab wakaf bisa dalam banyak bentuk dan jenis waktu yang bersifat pilihan (optional). “Jadi semua orang bisa berwakaf,” lanjutnya menjelaskan.
Asih Subagyo mengatakan wakaf bisa dimulai dari kampus atau asrama. Setidaknya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu sesama selama masa perkuliahan. “Awali gerakan ini dari hal sederhana dulu,” ajak Asih.
Asih juga bercerita tentang kekuatan ekonomi umat apabila ditopang dengan gerakan wakaf. Hal ini disebutnya akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi yang semakin mandiri dan berdaya.
“Saat krisis ekonomi, seharusnya solusinya adalah wakaf dan ajaran Islam lainnya. Bukan malah berutang ke luar negeri,” jelasnya.
Kaitan dengan era 4.0, Asih meyakini wakaf justru semakin berkembang dan diminati oleh umat. Sebab wakaf disebutnya memiliki banyak kelebihan dibanding dengan akad atau transaksi lainnya.
“Itu terbukti dengan maraknya praktik wakaf di negara-negara besar hari ini. Bahkan sampai pada kampus-kampus perguruan tinggi ternama dunia, semuanya memakai wakaf,” tutup Asih.