Pada 8 Juli 2020, Badan Wakaf Indonesia (BWI) meluncurkan gerakan Wakaf Peduli Indonesia (Kalisa) untuk membantu menangani dampak wabah Covid-19. Peluncuran dilakukan di Kantor Pusat Bank Jatim, Surabaya, Jawa Timur.
Ketua BWI, Mohammad Nuh mengatakan, penanganan Covid-19 tak bisa dilakukan sendiri dan harus melibatkan publik. Gerakan Kalisa diharapkan mampu menggerakan masyarakat untuk menggalakan wakaf, yang hasilnya digunakan untuk membantu masyarakat lain yang terdampak wabah Covid-19. Dana wakaf akan dikelola dan imbal hasil dari pengelolaan itu, yang akan dimanfaatkan dalam menangani Covid-19.
Mohammad Nuh mengungkapkan, untuk saat ini yang paling aman adalah disimpan di bank syariah dalam bentuk deposito.
Ia mengakui, untuk negara mayoritas Muslim sebesar Indonesia, perwakafan dalam negeri masih terbilang sangat kecil. Namun dia optimistis gerakan wakaf nantinya akan semakin masif.
Ditempat yang sama, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyambut baik dan siap mendukung gerakan Kalisa yang baru diluncurkan. Apalagi, Bank Jatim yang merupakan entitas atau bagian dari Pemprov Jatim, menjadi salah satu bank yang dipercaya untuk mengelola dana wakaf tersebut.
Dia juga menyambut baik inisiatif BWI yang ingin membantu masyarakat terdampak Covid-19 lewat program tersebut. “Pemulihan ekonomi ini kita perlu menggerakkan semua modal sosial masyarakat. Kita gak bisa sepenuhnya mengandalkan pemikiran yang komersial,” ujar Emil.
Untuk mendukung gerakan Kalisa ini, Emil Dardak akan mensosialisasikannya dengan lembaga di bawah kewenangan Pemprov Jatim.
“Jejaring Pemprov itu di setiap kabupaten/kota itu ada. Ada Samsat ada Cabdin (cabang dinas). Kita bisa mengajak anak-anak sekolah untuk menjelaskan ke orang tuanya konsep wakaf tadi misalnya,” tukasnya.
Wagub yang pernah menjabat sebagai Bupati Trenggalek ini menyebut, gerakan Kalisa menjadi beban moril positif bagi Pemprov Jatim. Karena menurutnya, Kalisa akan mendorong upaya Pemprov Jatim agar Jawa Timur bisa benar-benar memanfaatkan social capital atau aset sosial.
Sehingga menjadi sebuah kekuatan untuk memulihkan ekonomi yang lebih berpihak pada masyarakat kecil dan kaum dhuafa di Jatim.
“Semoga gerakan ini akan menjadi langkah menuju ke sebuah sistem besar yang membangun Indonesia sebagai negara yang semakin bermartabat dan kebahagiaan. Sekali lagi bukan maksimum profit tetapi maksimum impact. Macam-macam opsinya, kreativitas dan profesionalisme, yang mudah-mudahan kita bisa kembangkan,” jelasnya.
Editor: Humas Badan Wakaf Indonesia