Bermitra dengan Nazhir Asia Tenggara

Jakrata – Tahun 1997 (1418 H), Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, menggagas dan menjadi tuan rumah Muktamar Menteri-Menteri Wakaf dan Urusan Islam dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Hasil pertemuan tersebut merekomendasi kepada Islamic Development Bank (IDB) untuk membentuk Badan Wakaf Dunia (Hay’atul Awqaf al-‘Alamiyah) di bawah struktur IDB. Dan ternyata, 10 September 2001 (1422 H) IDB mendirikan Badan Wakaf Dunia tersebut.

“Negara Indonesia yang berperan sebagai tuan rumah saat pencetusan Badan Wakaf Dunia itu, mendirikan Badan Wakaf Indonesia (BWI) tahun 2007 berdasarkan amanat  UU No. 42  tahun 2004 tentang Wakaf,” kisah Ketua BWI Tholhah Hasan saat pembukaan acara Simposium Internasional Manajemen Wakaf Kontemporer di Dunia Islam, tadi pagi.  

Sejak saat itu, tambah Tholhah, perwakafan di Indonesia berada di bawah pengawasan dan pembinaan BWI. Kini, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai lebih dari 2.7 miliar meter persegi yang tersebar di kurang lebih 366.595 lokasi di seluruh Indonesia. Tanah wakaf di Indonesia yang semula mayoritas tidak produktif (dari sudut pandang ekonomi), hanya digunakan untuk masjid dan kuburan, sekarang perlahan mengalami perubahan. Lahan wakaf dikembangkan oleh BWI menjadi lebih produktif, seperti dimanfaatkan untuk ruko, perumahan, rumah sakit, pom bensin, perkebunan, peternakan, dan lain-lain.  

Langkah BWI dalam memproduktifkan aset-aset wakaf ini telah dicanangkan sebagai Gerakan Nasional Wakaf Produktif, yang diigulirkan tahun 2010.  Sebagai bagian dari gerakan ini BWI juga telah meluncurkan Gerakan Wakaf Uang untuk menopang produktifitas wakaf tanah.  Untuk mengembangkan wakaf uang, BWI telah bekerjasama dengan 9 Bank Syariah: Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank DKI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, BTN Syariah, Bukopin Syariah, BPD Jogja Syariah, dan BPD Kalimantan Barat Syariah.

Tahun 2011 ini, Kata THolhah, BWI mengembangkan Gerakan Wakaf Produktif ini tidak hanya di level nasional, tapi juga menjadi Gerakan Internasional yang diawali dari kawasan Asia Tenggara. Kawasan ini juga punya potensi wakaf yang cukup besar, begitu pula dengan manajemen pengelolaannya. Malaysia, misalnya, ada  Johor Corporation yang mengelola harta wakaf untuk diinvestasikan di berbagai sektor ekonomi. Selain itu, tentu masih banyak lembaga wakaf lain yang tak mungkin disebut semuanya. Begitupula di Singapura, Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) mempercayakan Waqaf Real Estate Singapore untuk mengelola aset wakaf secara produktif untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat.

Ini mengindikasikan bahwa pengelolaan aset wakaf di negara-negara kawasan Asia Tenggara sudah berjalan dengan baik. Hanya saja, potensi yang begitu besar itu sangat perlu untuk kian dikembangkan. Semakin banyak aset wakaf yang dikelola secara produktif tentu saja dampaknya pun bertambah besar. “Salah satu dampak yang sangat signifikan adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan sosial masyarakat,” tandas Tholhah.

Karena itu, BWI sebagai lembaga independen yang mengembangkan wakaf di Indonesia bekerjasama dengan Kuwait Awqaf Public Foundation (KAPF) dan IRTI-IDB, memandang sangat perlu bekerjasama dengan berbagai Negara, terutama di Asia Tenggara untuk memproduktifkan aset. Pergerakan pengembangan aset wakaf ini juga diharapkan dapat meluncur bak bola salju. Ini tentu sangat berguna bagi perbaikan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Di negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia, malasah kesenjangan ekonomi, kesejahteraan, kemiskinan masih menjadi beban. Untuk itulah, gerakan ini menjadi salah satu solusi atas problem tersebut.

Dalam konteks ini, BWI ingin mengatasi masalah yang dihadapi umat ini melalui pemberdayaan aset wakaf ke arah produktif melalui kerjasama antar nazhir se-Asia Tenggara. “Karena itu, perlu adanya kemitraan antar institusi wakaf di negara-negara kawasan Asia Tenggara untuk mengoptimalkan pengelolaan wakaf produktif untuk kesejahteraan umat dan membangun peradaban. Sebagai langkah awal menuju target tersebut, BWI menggelar acara Simposium International ini,” pungkasnya.  

Loading

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent posts